Salik dan Cicak

Bagaikan bunga putri malu yg menghiasi setiap hati dan harapan. Langkah demi langkah, setapak tilas kutelusuri, mengulas makna dibalik kehidupan, mengurai tabir hikmah realitas. Mengasah asuh cahya rasa, merah merona pada warna putih, sinar bulan penuh kesucian, membasuh hati yang menerima keheningan malam, dibalik jemari tersembunyi berbagai pernyataan dan pertanyaan, menorehkan pena di setiap lembar-lembar takdir. Hari pun semakin larut yang bertabur bintang-bintang menambah gemerlapnya kesucian tuk menyambut bulan ramadhan.

Seraya tenggelam dalam sebuah lamunannya Salik pun tersadar sambil memandang sang cicak yang menempel di dinding, sedangkan nyamuk terbang kesana kemari dengan sesuka hati, sang Salik berpikir untuk menangkap nyamuk untuk diberikan kepada cicak tersebut namun apalah di kata harapan pun bertepuk sebelah tangan. Sang cicak menolak pemberian tersebut dan pergi meninggalkan Salik.

Ketika Salik mencoba mendekatinya maka cicak itu semakin bertambah jauh,

Saling bertanya kepada sang cicak : “ kenapa kamu meninggalkanku padahal aku akan memberikanmu makanan. “

jawab sang cicak : “ aku tidak mau seperti menerima sesuatu bila tanpa usaha aku sendiri, enyahlah dan lepaskan nyamuk.

Salik bertanya kebingungan : “ kenapa ? padahal aku hanya mau berbuat baik padamu lagi pula ini kan halal bagimu. “

Cicak menjawab : “ karena kamu telah mengorbankannya kepadaku sangat biadab perbuatan kamu itu, dasar tidak punya hati. sesungguhnya kamu telah meracuni otakku dengan pemberianmu itu, suatu saat aku dan semua kerabat cicak akan mati karena pemberianmu itu. Aku tidak pernah sekejam seorang manusia yang mengorbankan yang lain karena kasihan atas pemikirannya sendiri. “

Salik bertanya : “ Kenapa kamu tidak berdoa kepada tuhan agar diberikan sayap untuk bekal kamu terbang. ”

Sang Cicak menjawab : “ Sesungguhnya aku telah berdoa dan berusaha untuk selalu diam menunggu kemudian saya bersyukur telah diberikan kesabaran untuk menunggu, sesungguhnya Kuasanyalah yang membe-rikan nikmat bukan sayap atau kemampuan untuk terbang yang akan membuat para nyamuk takut padaku.”

Kemudian sang Salik itu memohon ampun kepada tuhannya karena telah menghina tuhan tidak adil, beribadah kepadaNya, latunan puja dan pujian terus bergejolak dihatinya.

Adakah kesadaranku kemarin, sekarang dan esok. Keindahan kesadaran kala terlelap pada kenyataan menjadikan diri ini lunglai dengan takdir yang kuhadapi, melupakan yang hak dan terbuai oleh gemulainya dunia sehingga tanpa disadari, aku telah memasung berbagai jalan menuju kesempurnaan abadi.

Keindahan bulan suci ramadhan membuatku terpaut oleh panah rayuan sang malaikat tuk membujuk segala bentuk kebaikan dalam jalan sempurna menuju sebuah kebahagiaan abadi.

Sang waktu pun berjalan begitu cepat telah menunjukkan jam 03.00 kala itu si Salik bergegas untuk mempersiapkan makanan untuk bekal puasanya di siang hari, dengan sebungkus mie yang telah matang si Salik pun melahap mie tersebut hingga habis dan tak lupa si Salik pun mengucapkan niat berpuasa.

Seketika si Salik pun teringat oleh saudara-saudaranya yang seiman dan keluarganya sambil dalam hati dia berkata :

" Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Saudaraku "

***